Rabu, 08 Juni 2011

“SEBIDUK SEMARE NAN CINDO”, HAWAINYA SUMATERA SELATAN








Sumatera Selatan adalah salah satu provinsi Indonesia yang terletak di bagian selatan Pulau Sumatera. Provinsi ini beribukota di Palembang. Secara geografis provinsi Sumatera Selatan berbatasan dengan provinsi Jambi di utara, provinsi Kep. Bangka-Belitung di timur, provinsi Lampung di selatan, dan Provinsi Bengkulu di barat. Provinsi ini kaya akan sumber daya alam, seperti minyak bumi, gas alam, dan batu bara. Selain itu ibu kota provinsi Sumatera Selatan, Palembang, telah terkenal sejak dahulu karena sempat menjadi ibu kota dari Kerajaan Sriwijaya. Di samping itu, provinsi ini banyak memiliki tujuan wisata yang menarik untuk dikunjungi seperti Sungai Musi, Jembatan Ampera, Pulau Kemaro, Danau Ranau, Kota Pagaralam, dll. Karena sejak dahulu telah menjadi pusat perdagangan, secara tidak langsung ikut mempengaruhi kebudayaan masyarakatnya. Makanan khas dari provinsi ini sangat beragam seperti pempek, model, tekwan, pindang patin, pindang tulang, sambal jokjok, berengkes, dan tempoyak.
Provinsi Sumatera Selatan sejak berabad yang lalu dikenal juga dengan sebutan Bumi Sriwijaya; pada abad ke-7 hingga abad ke-12 Masehi wilayah ini merupakan pusat kerajaan Sriwijaya yang juga terkenal dengan kerajaan maritim terbesar dan terkuat di Nusantara. Gaung dan pengaruhnya bahkan sampai ke Madagaskar di Benua Afrika.Sejak abad ke-13 sampai abad ke-14, wilayah ini berada di bawah kekuasaan Majapahit. Selanjutnya wilayah ini pernah menjadi daerah tak bertuan dan bersarangnya bajak laut dari Mancanegara terutama dari negeri China.
Pada awal abad ke-15 berdirilah Kesultanan Palembang yang berkuasa sampai datangnya Kolonialisme Barat, lalu disusul oleh Jepang. Ketika masih berjaya, kerajaan Sriwijaya juga menjadikan Palembang sebagai Kota Kerajaan. Menurut Prasasti Kedukan Bukit yang ditemukan pada 1926 menyebutkan, pemukiman yang bernama Sriwijaya itu didirikan pada tanggal 17 Juni 683 Masehi. Tanggal tersebut kemudian menjadi hari jadi Kota Palembang yang diperingati setiap tahunnya. Provinsi Sumatera Selatan merupakan suatu kawasan seluas 87.017 kilometer persegi di Indonesia Bagian Barat yang terletak di sebelah Selatan garis khatulistiwa pada 1-4 o derajat Lintang Selatan dan 102-108 derajat Bujur Timur.
Bagian daratan provinsi ini berbatasan dengan provinsi Jambi di sebelah Utara. Provinsi Lampung di Selatan dan provinsi Bengkulu dibagian Timur dibatasi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.Sumatera Selatan dikenal juga dengan sebutan Bumi Sriwijaya karena wilayah ini pada abad 7-12 Masehi merupakan pusat kerajaan maritim terbesar dan terkuat di Indonesia yang berpengaruh sampai ke Formosa dan Cina di Asia serta Madagaskar di Afrika. Di samping itu, Sumatera Selatan sering pula disebut sebagai Daerah Batang Hari Sembilan, karena kawasan ini terdapat 9 sungai besar yang dapat dilayari sampai jauh ke hulu. Yakni, Sungai Musi, Ogan, Komering, Lematang, Lakitan, Kelingi, Rawas, Batanghari Leko dan Lalan serta puluhan lagi cabang-cabangnya.
Sumatera Selatan beriklim tropis yang hanya dipengaruhi dua musim sepanjang tahun, yakni musim hujan dan musim panas, dengan suhu udara bervariasi 24 sampai 32 derajat celcius dan tingkat kelembaban 73 sampai 84 persen. Kawasan Timur sampai garis pantai bagian daratan didominasi rawa-rawa dan lebak yang dipengaruhi pasang surut. Tumbuhan palma dan sejenisnya serta kayu bakau merupakan vegetasi utama kawasan itu. Di bagian tengah dan makin ke Barat merupakan daratan rendah dan lembah-lembah luas.Lebih jauh ke Barat terdiri dari perbukitan dan pegunungan yang menjadi mata rantai Bukit Barisan yang membentang di pulau Sumatera dimulai dari Aceh sampai ke Lampung.
Puncak-puncak Bukit Barisan di Sumatera Selatan di antaranya adalah gunung Dempo (3.159 meter), Seminung (1.954 meter), Patah (2.107 meter), gunung Bungkuk (2.125 meter) dan lain-lain. Di kaki gunung Seminung terdapat Danau Ranau yang luasnya 128 kilometer persegi dengan panorama alam yang indah, juga ideal untuk olahraga air, seperti ski, menyelam, renang, kano, dll.
Kawasan pegunungan dan perbukitan ini yang sebagian besar masih diselimuti hujan lebat sampai ke dataran rendah, umumnya berada pada ketinggian 900-1200 meter dari permukaan laut. Kawasan ini juga merupakan sumber mata air utama dari sungai-sungai besar di Sumatera Selatan yang sebagian besar bermuara di Selat Bangka. Bagian daratan Sumatera Selatan yang terdiri dari dataran rendah dan tinggi serta pegunungan itu secara umum merupakan lahan yang potensial untuk tanaman perkebunan, pertanian dan hortikultura. Di kawasan ini terdapat perkebunan karet, kopi, teh, kulit manis, kelapa sawit, tanaman padi, sayur-mayur, aneka ragam buah-buahan dengan areal yang cukup luas.Musim hujan relatif jatuh pada bulan Oktober sampai April dengan curah hujan berkisar 2.100 mm sampai 3.264 mm. Musim panas atau kemarau biasanya dimulai bulan Juni sampai September setelah masa transisi bulan Mei.
Sumatera Selatan memeliki 15 wilayah daerah yang meliputi Palembang, Empat Lawang, Lahat, Lubuk Linggau, Banyuasin, Musi Banyuasin, Musi Rawas, Ogan Ilir, Ogan Komering Illir, Ogan Komering Ulu, Ogan Komering Ulu Selatan, Ogan Komering Ulu Timur, Pagar Alam, dan Prabumulih.
Perekonomian Sumatera Selatan sangat tergantung pada sektor Industri, Pertanian, dan sektor Perdagangan dimana gabungan ketiganya memberi kontribusi sebesar 66,54 persen dari total PDRB Sumatera Selatan pada tahun 2006. Di Provinsi Sumatera Selatan terdapat beberapa industri besar milik pemerintah seperti PT Pupuk Sriwijaya, PT Tambang Batubara Bukit Asam, PT Semen Baturaja dan Unit Pengolahan dan Pemasaran PERTAMINA disamping  beberapa industri perkebunan besar milik swasta.
Tabel
Struktur Ekonomi Sektoral Sumatera Selatan
Triwulan IV - 2006 (persen)

Sektor

2006
I
II
III
IV
1. Pertanian
15,17
17.45
20,10
17,12
2. Pertambangan Penggalian
31,47
28.83
27,01
26,76
    Sektor Primer
46,64
46.28
47,11
43,88





3. Industri Pengolahan
23,03
22.40
21,41
22,66
4. Listrik
0,53
0.54
0,54
0,58
5. Bangunan
5,72
5.89
5,95
6,34
Sektor Sekunder
29,28
28.83
27,90
29,58





6. Perdagangan
10,64
11.14
11,31
11,90
7. Pengangkutan dan Komunikasi
3,88
3.96
3,92
4,30
8. Keuangan
3,20
3.30
3,17
3,34
9. Jasa-Jasa
6,36
6.48
6,59
7,02
    Sektor Tersier
24.70
24,08
24,99
26,56
T o t a l
100,00
100,00
100,00
100,00
Potensi  Ekonomi
1. Minyak Bumi
  • cadangan sebesar 705 MMSTB atau setara dengan 9,8 % cadangan minyak bumi nasional.
  • Cadangan terbesar dijumpai di Kabupaten Muara enim dan Musi Banyuasin (MUBA)
2. Gas Bumi
  • Cadangan gas bumi sebesar 7.235 BSCF atau setara dengan 7,01% cadangan gas nasional.
  • Cadangan terbesar terdapat di MUBA dan Musi Rawas (MURA)
3. Batubara
  • cadangan sebesar 18,13 milyar ton  atau setara dengan 34 % cadangan batu bara  nasional.
  • Cadangan terbesar dijumpai di Kabupaten Muara Enim dan Musi Banyuasin (MUBA)
4. Perkebunan
  • Komoditas perkebunan yang sangat dominan adalah Karet dan Kelapa Sawit
  • Selain itu, kopi juga banyak dibudidayakan terutama di daerah Pagaralam
Potensi yang ada di Sumatera Selatan baik berupa Seni, Budaya, Pariwisata, dan lain-lain  yang ada disetiap masing-masing wilayah daerah yang ada di Sumatera Selatan. Pada penulisan ini, penulis akan mengangkat potensi-potensi yang ada di daerah “Sebiduk Semare” atau yang lebih dikenal dengan Lubuk Linggau.
Kota Lubuklinggau adalah salah satu daerah otonom di Provinsi Sumatera Selatan yang resmi berdiri pada 7 Oktober 2001. Dengan luas wilayah 401,50 km², Lubuklinggau berhasil memposisikan diri sebagai kota transit, kota dagang dan jasa, serta kota industri yang menawarkan berbagai potensi daerah khususnya di bidang perikanan air tawar, pertanian, dan perkebunan; terutama karet dan kopi.
Tak berhenti sampai disitu, pesona kecantikan obyek wisata pun terus dimaksimalkan Lubuklinggau demi memikat wisatawan. Keindahan dan eksotisme Air Terjun Mesat selalu menjadi primadona bagi wisatawan yang mendambakan obyek wisata alam nan alami dan non-polusi ini. Konon, air terjun ini akan lebih menarik pada saat musim hujan karena air sungai Mesat, sebagai sumber mata air, menjadi besar sehingga memberikan nuansa keindahan tersendiri.
            Adapun makna dari Lambang kota Lubuk Linggau itu sendiri adalah:

Prisai merupakan alat perlindungan dalam pertempuran, dari bentuk prisai dimana terdapat  5 ( lima ) buah sudut yang mencerminkan Kota Lubuklinggau merupakan bagian wilayah Republik Indonesia yang mempunyai 5 ( lima ) unsur pramugari Pertahanan  Negara yang berasal dan timbul dari rakyat sendiri yakni :
  1. Angkatan Darat
  2. Angkatan Laut
  3. Angkatan Udara
  4. Kepolisian
  5. Pemerintahan Sipil
Background merah melambangkan kerja keras, semangat tinggi, berani, memberikan makna pada penyelenggara pemerintahan terdiri dari pahlawan-pahlawan, ilmuan, cendikiawan juga lapisan masyarakat sebagai tombak perkembangan daerah menuju Adil dan Makmur di Kota Lubuklinggau.

Bukit sulap yang terletak di Radius Kota Lubuklinggau berwarna hijau memberikan makna subur, makmur, berkemauan keras, tumbuh segar.


Roda Kemudi Kapal melambangkan penyelenggaraan roda Pemerintahan, Pembangunan dan Kemasyarakatan yang dilaksanakan oleh  pemerintah daerah kota.


Warna kuning emas padi melambangkan biji padi masak merupakan sumberdaya potensi yang cerah sudah pantas dikelolah dan Hijau / putih Kapas merupakan lambang, luhur, tumbuh segar, subur makmur sebagai sumber kelangsungan hidup masyarakat yang dijumpai sepanjang musim.

5 garis Kuning Emas bergelombang melambangkan potensi yang cerah perlu dilestarikan merupakan bermacam budaya Asli dan campuran yang berada di Kota Lubuklinggau mereka saling mengerti baik bahasa maupun adat istiadat :
  1. Bahasa Adat Musi
  2. Bahasas Adat Rawas
  3. Bahasa Adat Saling
  4. Bahasa Adat Rejang
  5. Bahasa Adat Campuran
3 garis segitiga kuning emas bertemu titik sudut pandang kearah Pusat Kota melambangkan potensi yang cerah perlu digali, dikembangkan merupakan kota Transit yang dapat menghubungkan 3 kota antara lain Jambi, Lampung, Bengkulu.

Sungai kelingi berwarna biru melambangkan menghimpun, cerah semangat tinggi sebagai potensi  alam yang terus dikembangkan menjadi Sumber Kehidupan Masyarakat.


Warna Putih Pita melambangkan tali pemersatu antar masyarakat berdasarkan keluhuran, kesucian dan bertuliskan
SEBIDUK SEMARE Secara Konotasi
Sebiduk berarti  Tempat atau Wadah
Semare Berarti. Tujuan.
Sebiduk Semare Berarti Satu Wadah/ Tempat dengan Satu Tujuan.

            Seni Tari yang ada di kota Lubuk linggau ini mempunyai makna dan bentuk yang beraneka ragam. Seperti Tari Kreasi "Ngerendeng" yang merupakan tari seni komedi menggambarkan para pemuda yang menggoda gadis-gadis yang lagi berkumpul,dan menggoda gadis yang ditaksir(disukai), Tari Piring Gelas yang menggambarkan keteguhan hati seorang wanita dalam meniti kehidupan yang mana apabila ia sudah menikah atau berumah tanggga pasti akan mendapatkan kesulitan-kesulitan dan godaan-godaan dari laki-laki lain. Untuk itu wanita tersebut dituntut untuk tabah, sabar dan teguh pendirian dalam menerima cobaan. Selain itu juga terdapat Tari Ulak Bejangan yang menggambarkan kehidupan remaja setempat walaupun dilanda berbagai masalah, dengan semangat yang kokoh mereka dapat bersatu padu dengan tujuan yang satu. Adapun juga tari yang paling terkenal di Lubuk Linggau adalah Tari Sambut Silampari Kayangan Tinggi. Tarian ini berkembang diera 50-an bilamana masyarakat akan mengadakan suatu hajatan/persedekahan, maka tetua-tetua kampong yang memiliki kekuatan supranatural akan memanggil peri dari kayangan turun kebumi menghibur masyarakat diacara hajatan tersebut. Setelah selesai menari peri-peri tersebut akan kembali ke kayangan dengan sendirinya. Tarian ini dijadikan sebagai tari penyambutan bagi tamu-tamu agung dating ke kota Lubuk linggau.
Kota Lubuklinggau yang di kenal dengan slogan Kota Sebiduk Semare kaya dengan potensi wisata seni dan budaya yang dapat dibanggakan untuk pembangunan dan pengembangan bidang kepariwisataan. Diantaranya Bukit Sulap, Air Terjun Temam, Danau Rayo, Goa Batu Napal Licin, Watervang dan lain-lain.
Potensi tersebut terus dibangun dan di kembangkan oleh pemerintah Kota Lubuklinggau.Salah satu potensi wisata yang cukup menarik adalah wisata arung jeram. Arung jeram merupakan kegiatan baru yang mulai dikembangkan dan di perkenalkan kepada masyarakat oleh pemerintah kota Lubuklinggau melalui Disbudpar Kota Lubuklinggau pada tahun 2008.
Wujud pelaksanaan kegiatan tersebut dalam bentuk lomba arung jeram bagi pelajar tingkat SLTA dalam Kota Lubuklinggau dan umum. Arung jeram ini sangat menantang bagi pecinta olah raga air yang senang berpetualang di atas air.
Pelaksanaan lomba arung jeram ini memanfaatkan aliran Sungai Kelingi dengan airnya yang cukup deras dan di penuhi oleh batu-batu besar sehingga menjadikan sungai Kelingi lebih indah untuk di pandang. Melalui kebijakan pemerintah Kota Lubuklinggau , Arung Jeram ini telah di tetapkan menjadi salah satu even tahunan




Bukit Sulap merupakan salah satu objek wisata alam andalan kota Lubuklinggau, dengan ketinggian ± 700 m dari permukaan laut dengan tumbuh-tumbuhan yang alami dan asri serta bertemperatur udara yang sejuk, para wisatawan dapat leluasa memandang keindahan alam Kota Lubuklinggau, dan pada malam hari Kota Lubuklinggau terlihat sangat indah dengan gemerlap lampu-lampu dari rumah penduduk  maupun lampu-lampu jalan. Kawasan objek wisata Bukit Sulap terletak ± 2 km dari pusat Kota Lubuklinggau , salah satu alternative menuju lokasi pengunjung dapat melalui jalan Bengawan Solo yang berada di keluarahan Ulak Surung, Kec Lubuklinggau Utara II, dari pangkal jalan Bengawan Solo menuju titik pendakian sekitar berjarak 400 meter. Untuk sampai kepuncaknya membutuhkan waktu ± 1 jam berjalan kaki melalui jalan setapak berbatu dan tanah. Bukit sulap ini cukup menantang bagi wisatawan dan pencinta alam yang senang berpetualang, Bukit sulap juga sering di gunakan untuk kegiatan Outbound, perkemahan, maupun berbagai kegiatan penjelajahan alam terbuka. Dalam rangka mengenalkan Kota Lubuklinggau Khususnya Wisata alam Bukit Sulap kepada masyarakat Indonesia dan Internasional, beberapa waktu lalu ( 13 – 15 November 2009) Bukit Sulap di gunakan sebagai lokasi Kejuaraan Nasional Mountain Bike 2009, yang di ikuti perserta local, Nasional maupun Internasional.
Yang tidak kalah menariknya di lereng Bukit Sulap terdapat sungai Kesie dengan air yang bening, airnya mengalir di sepanjang sungai tersebut dengan panorama alam yang indah sehingga Bukit Sulap akan memberikan ketenangan dan kesejukan tersendiri sebagai objek wisata bagi para pengunjung ataupun wisatawan.
Di lereng Bukit Sulap juga terdapat situs berupa 4 (empat) buah kuburan, kuburan itu diberi nama kuburan Bujang Kurap, bahkan oleh sebagian masyarakat Kabupaten Musi Rawas dan Kota Lubuklinggau sudah dikeramatkan. Bujang Kurap adalah salah satu cerita rakyat Musi Rawas dan Kota Lubuklinggau yang mengisahkan kesaktian seseorang pada masa itu.

Bukit sulap juga terdapat fasilitas jalan beraspal, jika tidak ingin mendaki, para pengunjung juga bisa menikmati kesejukan dan keasrian kawasan hutan bukit sulap.walapun masih dalam kawasan kaki bukitnya,.. para pengunjung sudah bisa menikmati keindahan kota Lubuklinggau bagian wilayah Utara.


Watervang merupakan sebuah bendungan air Sungai Kelingi yang dibangun oleh Pemerintah Belanda pada tahun 1941. Fungsi utama dari bendungan ini adalah untuk pengairan persawahan yang luasnya ± 8.000 ha yang terletak di kawasan sepanjang Sungai Kelingi Kota Lubuklinggau sampai ke Kecamatan Tugu Mulyo dan Megang Sakti Kabupaten Musi Rawas. Di samping fungsi utama bendungan sebagai pengairan persawahan juga objek wisata, yang akan memberikan nuansa tersendiri bagi para pengunjung. Watervang juga, memiliki nilai historis bagi bangsa Indonesia pada umumnya dan kabupaten Musi Rawas serta Kota Lubuklinggau pada khususnya.
 Objek wisata ini hanya terletak 2,5 km ke arah barat dari titik 0 Km Kota Lubuklinggau. dan banyak di kunjungi oleh masyarakat kota lubuklinggau, maupun dari luar kota bahkan propinsi terutama pada hari minggu terlebih lagi pada musin liburan sekolah. Jalan masuk ke kawasan wisata bendungan watervang,dari jalan masuk ke lokasi wisata hanya berjarak 400 m.
Yang tak kalah menariknya untuk dikunjungi adalah lokasi wisata air terjun Temam. Bagi warga Lubuklinggau, Musirawas dan sekitarnya lokasi wisata air terjun Temam menjadi salah satu tempat untuk berekreasi, mengisi hari libur. Kesejukan dan keindahan panorama alam disekitar lokasi air terjun itu, mampu melepas lelah dari kepenatan aktifitas sehari-hari. Pada hari libur dan hari besar lainnya, tempat ini biasanya dipadati pengunjung untuk sekedar rileks bersama keluarga atau teman.
Objek wisata yang masih alami ini terletak di Kelurahan Rahma Lubuklinggau Selatan. Untuk mencapai lokasi tidak terlalu sulit, karena bisa ditempuh melalui jalan darat, dengan kondisi jalan aspal yang cukup baik. Lokasi air terjun yang memiliki ketinggian sekitar 12 meter dan lebar 25 meter ini, hanya berjarak sekitar 3,5 KM dari jalan poros Lubukkupang, Simpangperiuk, atau sekitar 500 meter dari Mapolsek Lubuklinggau Selatan. Sementara jika dari pusat Kota Lubuklinggau, untuk mencapai lokasi hanya memakan waktu sekitar 15 - 20 menit. Tiba dilokasi, pengunjung dapat memarkir kendaraan di lokasi parkir yang tersedia cukup luas. Biaya retribusi bagi tiap pengunjung yang akan masuk kelokasi air terjun, hanya Rp 2.000 per orang. Meski terhalang oleh rimbunnya pepohonan, namun dari lokasi parkir, suara gemuruh air terjun sudah terdengar, karena jaraknya cukup dekat, hanya sekitar 30 meter. Disekitar lokasi parkir, terdapat beberapa buah tempat beristirahat berupa bangunan tanpa dinding, dilengkapi dengan tempat duduk yang terbuat dari semen.
Untuk melihat keindahan air terjun Temam, pengunjung harus berjalan kaki dan menuruni anak tangga yang cukup tinggi. Pengunjung harus hati-hati menuruni anak tangga tersebut, karena licin. Didasar tangga, terdapat pelataran yang cukup luas, dan pengunjung juga mesti berjalan hati-hati, karena bebatuannya  juga cukup licin. Di pelataran ini, terdapat beberapa buah tempat beristirahat berupa cendawan raksasa terbuat dari semen, lengkap dengan beberapa buah tempat duduk, yang sengaja disediakan bagi pengunjung yang ingin bersitirahat sembari menikmati keindahan panorama air terjun. Suasana disekitar lokasi ini cukup sejuk dan menenangkan. Gemuruh suara air terjun dan irama gemericik air, menjadi simponi tersendiri yang cukup menyejukkan dan menyegarkan. Selain bisa untuk bersantai sembari menikmati panorama alam dan keindahan air terjun, pengunjung juga dapat mandi ditempat tersebut.
Selain wisata arung jeram, ada satu lagi lokasi wisata alam yang menjadi andalan Kecamatan Ulurawas, yaitu goa batu yang terletak di Desa Napallicin. Goa batu yang tersembunyi dibalik rerimbunan pohon ini cukup menakjubkan dan pesonanya memancing decak kagum para wisatawan mancanegara yang pernah mengunjunginya di era 90-an lalu. Lokasi Goa yang didalamnya kaya dengan stalagtit dan stalagmit ini berjarak sekitar 135 KM dari Kota Lubuklinggau. Melalui jalur sungai, dapat ditempuh dengan waktu sekitar enam jam.
Namun, kini untuk mencapai lokasi goa tersebut, dapat ditempuh melalui jalur
darat, yang sudah dibangun Pemkab Musirawas, dengan waktu tempuh sekitar empat jam. Goa Batu Napallicin, merupakan sebuah batu besar berongga, dengan panjang sekitar 500 meter. Mulut goa agak tersembunyi dan berada di kaki bukit kecil diseberang desa, dengan lebar sekitar 20 meter dan ketinggian sekitar 15 meter. Untuk mencapai mulut goa melalui tebing yang cukup curam, sekitar 30 meter dari pinggiran jalan desa, yang persis berada di kaki bukit kecil tersebut.Saat memasuki goa ini, hawa lembab dan basah akan menyapa. Dibagian depan, dekat pintu masuk, terdapat dua batu kembar, yang tertanam didasar goa, dan menjulang tinggi menyatu dengan langit-langit. Sepintas lalu, batu kembar itu, mirip dua raksasa. Oleh karenanya, masyarakat setempat menyebut batu kembar itu sebagai ôHulubalangö penjaga goa.
Melewati dua ôHulubalangö itu, pengunjung dihadapkan pada sebuah lorong terjal dan mendaki. Pengunjung mesti hati-hati, karena lorong tersebut agak basah dan licin, karena tetesan air yang menetes dari langut-langit goa. Lorong tersebut panjangnya sekitar 30 meter, menghubungkan kesebuah ruangan bercabang. Satu cabang mengarah ke Sungai Rawas, dan satu cabang lagi mengarah ke ruangan lain yang banyak terdapat dalam goa tersebut. Untuk mencapai bagian lain dalam goa batu itu, melalui cabang lorong sebelah kanan, terkadang pengunjung harus berjalan menunduk dan merangkak. Karena, dibeberapa bagian lorong goa sangat sempit, tak bisa dilewati dengan berjalan tegak. Dibeberapa bagian dinding lorong ini, juga banyak dijumpai tangga bambu menjulang tinggi ke langit-langit goa. Tangga bambu ini adalah jalan bagi masyarakat setempat untuk mencapai sarang burung walet yang memang banyak dijumpai dalam goa itu. Setelah melewati lorong-lorong sempit, basah dan terjal penuh tantangan itu, kelelahan pengunjung akan segera terobati. Dipenghujung lorong, pengunjung disambut seberkas cahaya yang mulai nampak samar-samar. Cahaya itu adalah sinar matahari yang menembus langsung masuk kedalam sebuah ruangan besar, yang bagian atasnya menganga lebar. Panorama di ruangan besar ini, begitu memesona. Sembari beristirahat, pengunjung dapat menikmati suguhan batu-batu alam aneka bentuk, yang banyak terdapat nun diatas ketinggian dinding-dinding goa. Adapun dibagian atas uangan besar itu, masih merupakan bagian dari goa batu, yang ujungnya menembus ke bagian goa lain, yang oleh masyarakat setempat disebut dengan Goa Payung.
Goa Batu Napallicin ini sekitar tahun 1993 û 1994 pernah dibuka untuk tujuan wisata oleh investor keturunan Belanda. Dimana setiap bulannya, cukup banyak turis-turis yang datang, terutama turis mancanegara, dan kebanyakan dari Benua Eropa. Saat itu, investor juga membangun semacam tempat peristirahatan bagi pengunjung, yang lokasinya dipinggiran Sungai Rawas, dan dikenal dengan nama ôKubu Lodgeö. Namun, sejak krisis moneter melanda pada akhir tahun 1990-an, jumlah wisatawan yang mengunjungi Goa Batu Napallicin makin berkurang.
Upaya terus dilakukan oleh Pemerintah Lubuk Linggau untuk mengembangkan potensi-potensi yang ada di wilayahnya. Salah satu upaya Pemerintah Kota Lubuklinggau meningkatkan pendapatan asli daerah melalui sektor pariwisata adalah dengan pengembangan 3 kawasan wisata unggulan yaitu, Bukit Sulap, Watervang dan Air Temam. Wakil Walikota Lubuklinggau, SN. Prana Sohe, menjelaskan,”bahwa saat ini Pemerintah Kota Lubuklingga sedang membahas Detail Engineering Desain (DID) ketiga kawasan wisata unggulan bersama CV. Duta Perdana Konsultan. Kawasan pertama adalah Bukit Sulap dengan luas area 22,7 hektar yang akan dikembangkan menjadi tiga zona meliputi Zona Mice, Zona Outbond dan Zona Gardu Pandang. Zona Mice terdiri dari bangunan villa, gedung pertemuan, taman dan sitting group. Zona Outbond memiliki fasilitas jogging track, tangga anak, kebun bunga, kebun buah, tanaman hias, taman dan sitting group. Sedangkan Zona Gardu Pandang dilengkapi dengan gazebo, sitting group, taman, plaza dan panggung pertunjukan dan Bazaar. Pengembangan Bukit Sulap diperkirakan memerlukan dana sebesar Rp. 10,26 miliar.
Kawasan wisata kedua adalah Watervang akan dikembangkan dengan konsep pemanfaat lahan seluas 4 hektar. Watervang akan dikelompokkan dalam zona Waterpark yang meliputi air terjun, menara pandang, sitting group, jembatan gantung dan areal control. Zona kedua adalah Zona Pertunjukkan lengkap dengan plaza, pasar seni, panggung, gazebo, sitting group dan balai pertemuan. Kemudian Zona Bendungan dengan fasilitas jembatan gantung dan sepeda air. Terakhir adalah Zona Depan memadukan sitting group, menara pandang, souvenir shop dan area parkir yang memadai. Pengembangan Kawasan Watervang akan menelan biaya sebesar Rp. 5,4 miliar.
Kawasan Ketiga yang akan dikembangkan adalah Air Terjun Teman akan dibagi menjadi empat zona. Zona Depan terdiri dari rumah makan, area pancing, kolam main anak-anak, parkir dan souvenir shop. Zona Air Terjun menawarkan fasilitas air terjun, menara pandang, sitting group, jembatan gantung dan area control. Zona Perkemahan dilengkapi dengan sarana camping ground, taman dan huta buatan. Kawasan Air Temam berada di lokasi seluas 3 hektar dan akan menyerap dana Rp. 4.05 miliar.
SN. Prana Putra menegaskan bahwa rencana ini bukan hanya sebatas wacana. Pemerintah Kota Lubuklinggau akan mengupayakan langkah-langkah konkrit untuk merealisasikan DID tersebut melalui dua alternatif. Alternatif pertama akan kita upayakan melalui pendanaan APBD dan bila tidak memungkinkan akan ditawarkan kepada investor sebagai alternatif kedua. Bila alternatif kedua menjadi pilihan makan bisa diterapkan pola bagi hasil atau sistem kontrak. Dengan kata lain investor akan membangun dan mengelola ketiga kawasan tersebut dalam jangka waktu tertentu setelah masa kontrak habis ketiga kawasan tersebut akan dikembalikan kepada Pemerinta Kota Lubuklinggau.